Pages

The Persuit Of Happyness (Sebuah Catatan Bukan Galau)

Jumat, 10 Februari 2012

Pagi itu sabtu. Jenuh melanda, untung saja tidak galau. Aku malas melakukan apapun. Dari sejak habis subuh tadi hanya sibuk membongkar-bongkar file di notebook. Mencari apakah ada sesuatu yang menarik di sana, atau mungkin saja sesuatu yang selama ini terlewatkan. Aku sibuk menelusuri setiap file yang kebanyakan berisi lagu itu. Aku menghapus lagu-lagu yang tidak bermanfaat, basi sekali jika hari ini file di notebook masih juga berisi lagu-lagu cengeng. Kapan mau bangkitnya bangsa ini (nah, loh? Apa hubungannya ya?)

Selesai menyusuri file musik. Aku memasuki ranah film. Gila dah, aku gak pernah sadar kalau aku punya koleksi film sebanyak ini. Dan hampir rata-rata film-film itu belum kutonton alias sebatas koleksi yang tidak jelas untuk apa. Bahkan sangat menghabiskan memori. Aku baca setiap judul. Ada koleksi Harpot sesi 1-6, Kungfu Panda 1-2, The Proposal dan entah apa lagi. Rata-rata film Hollywood dicampur Bollywood ditaruh film local negeriku yang masih di bawah standar. Dan jadilah pengeksekusian selanjutnya, film-film tidak penting segera didelete. dibumi hanguskan. :D

Namun, ketika aku menyusuri film itu satu persatu. Ada satu film yang aku penasaran. Dari judulnya saja penasaran; The Persuit Of Happyness, film yang diperankan oleh Will Smith, bergenre drama. Ah, asal kau tahu saja aku paling suka film dengan genre drama yang dekat dengan realitas kehidupan. Sebenarnya ketertarikan itu bermula ketika aku mengingat kata kawanku, ‘kau sudah pernah nonton film The Persuit Of Happyness? Gila itu film keren banget!’

Maka, jadilah sejak itu aku hunting film yang sebenarnya sudah ada di file. Langsung saja, tanpa sikat gigi dan mandi pagi, sementara pakaian kotor menumpuk di kamar mandi, aku memutar film itu. Dan mengalirlah ceritanya.

Film ini adalah film biografi  yang berkisah tentang kisah hidup Crish Gardner,seorang pemilik dan CEO dari Christoper Gardner Internasional Holdings New York, Chicago dan San Fransico. Film ini adalah adaptasi dari novel biografi dengan judul yang sama dan menjadi  New York Time Bestseller. Hal serupa  pun terjadi ketika Columbia Pictures mengadaptasinya dalam sebuah film. Menakjubkan memang, sejak dirilis 15 Desember 2006 film ini begitu menyedot perhatian penonton sebab esensi ceritanya yang memang sangat menyentuh. Konon pula, Will Smith begitu berkarakter memerankan Crish Gardner sampai pada puncaknya menerima penghargaan bergengsi Golden Globe, Screen Actors Bulid dan nominasi Academy Award. Jaden Smith pemeran anak dalam film ini juga bermain dengan sangat natural, seolah ini adalah potret kehidupan yang tertangkap kamera.

Film ini  tentang perjuangan dan perjalanan hidup seorang Crish. Ia hidup di bawah garis kemiskinan. Bekerja sebagai seorang salesman alat penguat tulang. Sering gagal namun ia tak pernah berhenti untuk berusaha. Ia tak pernah merasakan susah, meski biaya tunggakan hidup kian membelit. Istrinya  bekerja sebagai seorang laundry.  Sampai akhirnya tidak tahan dan meninggalkan Crish dan anak mereka. Crish bukanlah seorang sarjana. Ia hanya tamat sekolah menengah. Lantas, apakah ia akan menyerah begitu saja. Tidak sama sekali. Ia jalani hidup yang menyedihkan itu dengan perasaan bahagia. Meski mereka harus tidur di toilet, di bus dan di tempat-tempat umum lainnya. Crish selalu menjaga perasaanya untuk selalu bahagia, ia mengajari hal ini pada putra tersayangnya. Pahit-manis kehidupan begitu terasa nikmat mereka lalui bersama.

Crish ingin menunjukkan pada putra tersayangnya, sebesar apapun kepedihan hidup kita tetaplah seorang pejuang yang tidak boleh mengeluh, tidak boleh berhenti. Dan semua itu akhirnya terbayar lunas ketika Crish dengan segala kemampuannya diterima bekerja di sebuah perusahaan pialang saham. Sampai akhirnya berhasil mendirikan perusahaan sendiri dan menjadi multi-jutawan. Dan inilah puncaknya, pertama kalinya aku menangis menonton film barat. 

 Ada beberapa hal yang menyentuh saya dalam film ini;
1.       Kalimat Crish, Maka your vision larger than yourself
2.       Ketika melihat orang sukses, dia mengatakan, how you do that?
3.       Crish tidak memiliki mental orang miskin meskipun ia berada pada titik paling rendah
4.       Crish selalu menjaga hati dan pikirannya untuk merasakan kebahagian.
5.       Pesan akhir dari film ini; our life is about The Persuit Of Happyness.


0 komentar:

Posting Komentar

 
Sang Penandai © 2011 | Designed by Bingo Cash, in collaboration with Modern Warfare 3, VPS Hosting and Compare Web Hosting