Pages

Histeria Hafalan Sholat Delisa

Minggu, 25 Desember 2011

Kamis, pukul 17.00 Wib.


Pagi-pagi sekali aku mengirim pesan pada seorang teman. Sekadar menanyakan kepastian nonton bersama film Hafalan Sholat Delisa. Temanku itu malah bertanya balik, maka, untuk memastikan, aku mengirim pesan ke banyak kepada semua teman-teman di komunitas Forum Lingkar Pena Sumut. Hasilnya, hanya delapan orang yang ikut.
Cip, pesan tiket 8, ya? 
Klik
tak lama
oke, Sip, Bang.

***
Pagi itu, seperti biasa, usai membereskan rumah dan bersih-bersih badan. Aku menggegas langkah menuju rumah temanku. Hari ini adalah hari yang penting, banyak yang ingin aku sampaikan padanya terkait rencana kami untuk mengundang Salim A. Fillah ke Medan. Dalam waktu lima belas menit aku sampai di rumahnya, tanpa menunda percakapan, aku langsung saja meminta kepastian tentang langkah ke depan. Dan perbincangan selanjutnya berubah menjadi hal tak serius; tentang nikahlah, ingin punya istri cantiklah, punya dua anak dan bla..bla..bla. Hah, ternyata di mana-mana sama saja, setiap teman yang aku temui sibuk membuka topik cerita tentang nikah; kapan nikah? Dan itulah pertanyaan yang paling sering kuterima.

Usai zuhur aku beranjak dari rumahnya. Sebelumnya aku sempat bercerita tentang rencana kami nonton Bersama  film Hafalan Sholat Delisa. Eh, ternyata dia tertarik, maka aku sms lagi Cipta, bilang pesan tiket satu lagi.

Jadilah hari itu aku sibuk mengirimi SMS kepada teman-teman yang ikut. Hanya ingin memastikan  agar mereka tidak telat. Tepat pukul lima, aku bersiap-siap. Sambil menanti seorang teman yang ingin berangkat aku membaca buku Sang Penandai. Setengah jam terlewati, temanku itu belum datang juga. Aku gelisah. Aku kirim pesan. Tak dibalas. Aku telpon. Tak diangkat alias melbox. Lalu, kutulis memo di kertas HVS besar-besar.
ANTUM LANGSUNG SAJA MENUJU TKP.
Kutempel di depan pintu.

Pukul enam sore aku sampai. Dengan langkah yang tegap sambil memandang poster film itu di plataran Mall. Aha, ini pasti film paling seru di akhir tahun. Aku begitu bersemangat. Tak lupa mengirim pesan peringatan kepada semua teman-temanku.

Bang, di mana, Uci sudah di TKP. SMS dari seorang adik juniorku di FLP
Abg sdh di depan bioaskop. klik.

Aku celingak-celinguk mencari anak-anak yang lain. Percuma. Sebab, belum satu orangpun yang tampak batang hidungnya.  Tapi, tak lama Jaka datang dengan gayanya yang sok cool itu. 
"Tiket gimana, Bang?" katanya
Aku tergeragap. 
"O, belum dibeli ya? Ya sudah kita beli saja tiket untuk depalan orang itu." Aku langsung ngeloyor ke antrian 

Tak lama kemudian.

"Tiket beres. " kataku bangga.
"Wait a minute." tiba-tiba wajah Jaka tampak gelisah.
"Coba SMS Cipta. Takutnya dia juga beli tiket." 
Aku termanggu sebentar. Benar juga, pikirku
Lantas aku menelponya, 
"Cip, tiket sudah kau beli?"
"Sudah, Bang."
Apa? Seketika aku merasa gedung mall itu roboh. Mati aku!
"Seriuslah!" kataku menekan agar dia tidak bercanda.
"Iya." katanya tak kalah serius dan aku memang tidak mendapati nada kebohongan sedikitpun. 
Aku lemas. Pasrah dan siap menganti uang sebesar 120ribu.

Wait...otakku sibuk berpikir. Aku belum kalah.

"Jak, tolong bantu abang menjual tiket ini." kataku memaksa. Jaka kebingungan.
Maka, sore itu aku menjadi calo dadakan. Dengan memasang wajah memelas dan semanis mungkin, aku mendekati bahkan menghadang sepasang, seorang, setiga yang menghampiri bioskop. Raut mereka tampak begitu terkejut ketika aku dan kedua temanku yang membantu mendekat. Semacam ada kecurigaan jika kami adalah penipu. Tapi, (mungkin) wajah kami yang memelas ini menimbulkan energi ketaksampai hatian di hati mereka. Maka, dalam waktu 10 menit tiket itu habis terjual. Dan aku seperti orang kesurupan. Aku tidak menikmati lagi film yang aku tonton, sepanjang malam itu aku tak habis mengerti, mengapa bisa aku segila itu? Benarlah, kita harus mengeluarkan kegilaan-kegilaan kita untuk meraih sesuatu. Maka, selamat menjadi orang gila.

2 komentar:

  1. Nufa Zee mengatakan...:

    berarti kekhawatiran ortu klo anaknya berkumpul dalam suatu kelompok adalah mereka bakal membicarakan ttg pernikahan hihihihih :p

    next, bg bisa jd pemateri bagaimana menjadi calo tiket yg baik dan benar yah ^_^ #peace

  1. Sang Penandai mengatakan...:

    hahahah, boleh juga. Seminar awal tahun, strategi menjadi calo dadakan. Wkwkwkwkwk

Posting Komentar

 
Sang Penandai © 2011 | Designed by Bingo Cash, in collaboration with Modern Warfare 3, VPS Hosting and Compare Web Hosting